Nina Nugroho Women: Dra. Zusneli Zubir, M. Hum

Nina Nugroho Women: Dra. Zusneli Zubir, M. Hum

Meneliti Seperti Mencari Jawaban Sebuah Teka - Teki

Riset yang dilakukan secara mendalam terhadap suatu sejarah dan budaya akan menjadi referensi baru atau pijakan untuk kemajuan bidang penelitian itu sendiri. Hasil penelitian sekaligus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan di suatu negara.

Sayangnya, banyak rekomendasi hasil penelitian yang tidak diperhatikan oleh pengambil kebijakan, sehingga hasil penelitian itu hanya tersimpan begitu saja.

Hal ini kerap menjadi kegelisahan Dra. Zusneli Zubir, M. Hum, seorang peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) .

“ Jadi disamping untuk pengembangan ilmu, juga bersifat aplikatif, output dari riset kerap melahirkan sebuah terobosan baru yang belum pernah ada selama ini. Contohnya hasil penelitian bidang budaya, diantaranya diprogramkan menjadi pengembangan 10 pokok pemajuan kebudayaan. Sehingga dapat dipergunakan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat dan mengoptimalkan potensi budaya melalui industri pariwisata terutama pariwisata budaya,” tutur Nel, begitu wanita ini akrab disapa.

Sebagai peneliti, Nel mengambil konsentrasi penelitian di bidang sejarah dan budaya. Hasil penelitiannya dapat dinikmati berupa karya Ilmiah. Adapula yang berupa buku dan artikel yang diterbitkan media massa (koran), antara lain berjudul: Dari Pingitan Hingga Karier Perjalanan Tokoh Perempuan Minangkabau Menantang Tradisi dan Perempuan berpikiran Maju “Sebuah Analisis Surat Khabar BelandaUntuk Literasi Perempuan Minang tahun 1912 -1921.

Penelitian Nel juga dituangkan kedalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang diseminarkan di dalam dan luar negeri, diantaranya Malaysia, Brunei dan Australia) atau berupa jurnal terindek dan scopus serta buku-buku.

Nel begitu mencintai kiprahnya sebagai peneliti. Sejak tahun 2001 dia dedikasikan hidupnya untuk dunia penelitian. Bahkan Sebelum di BRIN, hingga sekarang Nel juga masih aktif sebagai Peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya, khususnya budaya Sumatera Barat.

“Saya menemukan kebebasan berekspressi saat sedang mengungkap suatu misteri dari apa yang sedang dikaji (teliti). Bagi saya mengungkapkan misteri melalui pertanyaan yang kita ajukan, baik melalui sumber data tertulis maupun melalui data wawancara, seperti mencari jawaban sebuah teka teki. Hal menjadi tantangan tersendiri sekaligus memberi pengalaman yang memperkaya wawasan kita. Menghadapi orang dengan berbagai karakter dan latar belakang budaya tentu tidak mudah, inilah yang menjadi sebuah tantangan menarik bagi peneliti selama aktivitas penelitiannya,” papar Ketua Himpunan Wanita Karya Propinsi Sumatera Barat (Sumbar) dan Pengurus bidang sosial budaya di BKOW Sumbar, Dewan Harian Daerah 45 (DHD 45) bidang budaya serta juga aktif di Forum Sejarawan Sumbar di bidang kerjasama.

Terkait kiprah perempuan dari masa ke masa, merujuk pada hasil penelitiannya, Nel menyimpulkan banyak yang dapat dipelajari dari apa yang dilakukan perempuan di masa lalu.

Terlebih pada konteks jamannya, perempuan pada masa lalu kondisinya lebih sulit, karena mereka berada dalam kungkungan budaya patriarki yang memang membatasi gerak mereka di ranah publik.

“Sangat jauh berbeda dengan kondisi saat ini, perempuan punya kesempatan yang sama dengan laki-laki. Sekarang tergantung pada perempuan itu sendiri dalam merebut kesempatan itu. Terbukti saat ini, perempuan sudah banyak menjadi orang hebat, bahkan sudah bisa menjadi presiden. Hal ini sejalan dengan makna keberdayaan yang berarti upaya membebaskan diri dari ketertinggalan, dengan meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya sehingga mampu mengembangkan diri sendiri,” tutur Nel.

Di luar aktivitas meneliti, Nel adalah kebanyakan dari perempuan Minangkabau yang senang menekuni hobi memasak dan menjalankan bisnis di bidang pakaian tradisional Minang.

“Keduanya adalah me time. Ketika sedang mentok dengan penelitian yang penuh dengan misteri itu, saya beralih ke aktivitas masak. Setelah itu saya jalan ke penjahit , ngobrol sama mereka. Hahaha. Saya kan memberdayakan para pengrajin baju kurung basiba, songket, selendang koto gadang dll. Kalau sudah ngobrol sama mereka, biasanya saya seperti mendapat energi baru lagi, saya bisa melanjutkan penelitian,” ujar Nel, tertawa lepas.

Sekian lama berkecimpung dengan bisnis pakaian, Nel juga setuju bahwa dampak busana sangat besar dampaknya terhadap kepercayaan diri.

Bahkan dikatakannya, pakaian tidak hanya menumbuhkan kepercayaan diri, tetapi sekaligus menunjukkan status dan identitas.

“Oleh sebab itu, apabila seseorang salah menempatkan busana akan terjadi salah tingkah dan merasa rendah diri,” pungkas Nel. (Dewi Syafrianis)