Desainer Nina Nugroho Buka Offline Store Kedua di Trans Studio Mall Cibubur

Desainer Nina Nugroho Buka Offline Store Kedua di Trans Studio Mall Cibubur

Jakarta, Channelsatu.com – Sukses dengan offline store pertamanya di Jl Alternatif Cibubur No. 18 A, Nina Nugroho kembali membuka offline store keduanya. Tak tanggung-tanggung, kali ini offline store di Trans Studio Mall Cibubur, sebuah mall paling bergengsi di wilayah Cibubur.

Pembukaan toko secara resmi dilakukan pada Senin, 30 September lalu dengan dihadiri oleh Indrawan Nugroho, sang suami yang juga komisaris utama sekaligus investor Nina Nugroho.

Hadir pula keluarga, kerabat, serta tentu saja para loyal customer yang selama ini selalu setiap memberikan dukungan bagi perkembangan brand Nina Nugroho. Nampak diantara yang hadir General Manager Trans Studio Mall Cibubur, Henricus Helmy Kurniawan

Nina Septiana, sang desainer sekaligus pemilik brand Nina Nugroho menyampaikan terimakasihnya atas kesempatan yang diberikan kepada brand yang ia besarkan selama ini, untuk turut meramaikan Trans Studio Mall Cibubur.

‘’Semoga kehadiran Nina Nugroho di Trans Studio Mall Cibubur menjadi penanda semakin diterimanya Nina Nugroho di kancah fashion nasional dan menjadi tenant muslimah memeriahkan lini fashion di TSM Cibubur,’’ ungkap Nina Septiana saat memberikan sambutan.

Nina Septiana, sang desainer sekaligus pemilik brand Nina Nugroho

Nina berharap para loyal customer Nina Nugroho yang selama ini lebih banyak berbelanja secara online, akan datang ke TSM Cibubur dan makin meramaikan mall tersebut.

Offline store kedua ini dimaksudkan agar Nina Nugroho makin dekat dengan para pelanggan setianya selama ini. ‘’Kalau selama ini hanya melihat foto-foto, dengan datang ke store maka bisa langsung merasakan bagaimana bahannya dan bahkan mencobanya sebelum memutuskan membeli,’’ papar Nina Septiana.

Nina Septiana kemudian bercerita sedikit mengenai perjalanan brand Nina Nugroho yang dilahirkannya pada tahun 2016 silam. Sejak awal didirikan, brand Nina Nugroho mengunjungi pelanggannya melalui layanan media sosial.

Namun sejak tahun 2021 mulai merambah e-commerce seperti di Shopee, Zalora dan Tokopedia. Tahun 2023 Nina Nugroho memiliki offline store pertamanya, di Jl Alternatif Cibubur.

Dikatakan, Nina Nugroho selama ini memiliki struktur organisasi yang lengkap. Sebab sejak didirikan Nina Septiana menginginkan, Nina Nugroho bukan sekedar brand, namun menjadi sebuah perusahaan fashion yang terus berkembang hingga bertaraf internasional.

Dalam perkembangannya, Nina Nugroho memiliki tagline #AkuBerdaya yang dimaksudkan untuk membersamai keberdayaan perempuan melalui busana yang dihasilkan.

‘’Nina Nugroho busana profesional untuk para muslimah ini memiliki 3 katagori busana, yakni comfort untuk mereka yang menginginkan busana simpel tanpa banyak detil, kemudian confidence untuk kesan lebih formal, serta couture untuk kegiatan yang lebih resmi,’’ tutur Nina Septiana.

Ketiga katagori itu dimaksudkan, agar busana Nina Nugroho akan terus membersamai kemana para profesional ini melangkah. (Hrn)

MEMASUKI tahun 2024, brand Nina Nugroho sudah memasuki tahun ke 8 sejak didirikan pada awal tahun 2016 lalu.

Memang masih sangat muda, namun kiprah Nina Nugroho sudah sangat luar biasa.
Sang desainer, Nina Septiana, langsung membukukan sederet prestasi begitu membidani Nina Nugroho.

Di tahun pertama, Nina Septiana telahterpilih sebagai 1 dari 10 desainer terbaik untuk mempersembahkan karyanya pada Islamic Fashion Festival Kuala Lumpur. Sejak itu, setiap tahun, Nina senantiasa mengirimkan karya-karya terbaiknya untuk melenggang di pentas-pentas fashion berskala nasional maupun internasional. Baik di dalam maupun di luar negeri.

Terjun di dunia fashion dimulai ketika Nina Septiana, ibu 4 anak ini mulai mengenakan hijab pada tahun 2007 lalu. Tubuhnya yang tinggi menjulang, yakni 172 cm, membuatnya kesulitan menemukan busana yang cocok untuk dirinya di pasaran. Dari sana Nina Septiana kemudian mulai mendisain busana untuk dirinya sendiri dan mengenakannya di berbagai kesempatan. Melihat penampilan barunya, mengenakan busana karyanya sendiri, sahabat-sahabatnya mulai tertarik untuk juga mengenakan busana karya Nina. Dari sana Nina kemudian terpikir untuk memulai bisnis busana Muslimah. Tahun 2010, Nina mulai merancang dan memproduksi sendiri label busana Muslimah pertama miliknya, yakni Saniyya.

Namun kala itu Nina menjalankan bisnisnya, hanya berdasarkan hobi dan tidak menekuninya dengan serius.
‘’Brand ini saya jalankan hanya sekedar hobi saja. Kalau pas moodnya ada, saya jalankan, kalau gak, ya sudah,’’ kenang Nina Septiana.

‘’Padahal sebenarnya energi yang dikeluarkan sama. Butuh modal, bukan hanya uang, tetapi juga waktu yang harus dialokasikan,’’ ungkap Nina Septiana.

Karena hanya sekedar hobi, banyak hal yang tidak tertata rapi. Terutama dalam hal keuangan. Tahun 2016, Nina mendapat tantangan dari sang suami, Indrawan Nugroho untuk menekuni bisnis dengan serius. Dari sana Nina mulai mencari dan akhirnya menemukan kekuatan diri dan ciri khasnya sendiri. Setelah sempat menerbitkan dua buku tentang fashion, tahun 2016 Nina Septiana akhirnya meriis label Nina Nugroho, yang diambil dari Namanya sendiri dan nama keluarga.

‘’Saya ingin bisa memberikan kontribusi terbaik untuk para wanita muslimah khususnya di bidang fashion,’’ ungkap Nina, mengenai label Nina Nugroho yang ia luncurkan saat itu.

"Akhirnya ingin belajar bisnis yang serius melalui Nina Nugroho. Dari tahun 2016 itu, tantangannya banyak sekali,’’ cerita Nina.

‘’Di awal ada beragam kategori busana, waktu itu saya berpikir, semakin saya mempunyai banyak lini di dalam satu brand, saya akan dicari,’’ tutur Nina Septiana.

‘’Pertama ada busana kerja, signature, casual. Di awal berbisnis, keluar tiga lini brand ini. Setelah berjalan beberapa waktu, akhirnya saya menyadari, ternyata tidak begitu cara kerjanya," kenang Nina Septiana.

Nina menggunakan brand Nina Nugroho dengan tuntutan terhadap diri sendiri, agar dia bertanggung jawab dengan brand yang sudah dibangunnya.


Ketika memulai bisnis busana dengan brand Nina Nugroho, ia memilih busana abaya. Abaya dipilih sepulang dari umroh tahun 2016, Nina Septiana melihat pasar abaya cukup bagus karena banyak dipajang di Debenhams.
‘’Namun ternyata tahun itu abaya belum popular di Indonesia, idenya memproduksi abaya lebih cepat dari trend yang ada di Indonesia,’’ papar Nina. Baru di tahun 2018 abaya mulai trend di Indonesia, namun trend abaya tidak bertahan lama, Nina memilih kembali kepada tiga lini di awal, yakni signature, office dan kasual,’’ jelas Nina. Namun tidak mudah melaksanakan bisnis dengan focus yang terbagi.

Nina kemudian memutuskan untuk focus di satu lini, yakni office look di tahun 2017.

"Sesuatu yang tidak fokus itu kita lakukan seadanya. Akhirnya nggak ketemu apa yang kita cari. Kemudian semakin lama, market-nya itu-itu saja, antara idealisme saya dan keinginan pasar tidak match. Akhirnya dihentikan dua brand saya itu, itulah tantangannya," terang Nina Septiana.

Saat memutuskan untuk fokus membuat busana muslimah office look, Nina meriset keinginan pasar, me-validasi produk, menelaah customer behavior, customer experience, dan mencari tahu pelanggan loyal ke salah satu produk.
Nina akhirnya memutuskan fokus pada kebutuhan wanita muslimah yang bekerja, karena belum banyak brand atau toko yang menyediakannya.
"Kalau di lihat dari jiwa saya lebih dekat ya Nina Nugroho untuk office, akhirnya tahun 2018 konsisten untuk busana kerja muslimah," ujarnya dengan ramah.

Semakin lama, karena Nina fokus menjadi satu-satunya brand di Tanah Air untuk busana kerja bagi muslimah, bisnisnya semakin berkembamg, hingga kini telah memiliki puluhan karyawan yang menjadi tanggungjawabnya.(tresnawati)