Minat generasi muda Indonesia untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi terus mengalami peningkatan. Bahkan saat ini bermunculan sejumlah sosok professor muda yang meraih gelar professor di usia 40 an.
Kendati gelar professor bukanlah gelar akademik seperti sarjana, magister, ataupun doktor, namun jabatan fungsional atau jabatan akademik tertinggi ini menjadi sesuatu yang sangat prestise di kalangan para akademisi.
Professor Olivia Fachrunnisa , S.E.,M. Si, Ph. D, merupakan salah satu dari 2 persen orang Indonesia yang mampu meraih gelar ini di awal usia 40 tahun.
Kala itu Prof. Oliv, - begitu dia kerap disapa- baru genap berusia 44 tahun, dalam waktu yang tidak terlalu lama meraih gelar professor untuk bidang Ilmu Manajemen, khususnya adalah Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perilaku Organisasi.
“Jadi di profesi dosen ada 4 tahapan karir untuk menuju Profesor, namun saya loncat dari tahapan karir 2 ke tahapan karir 4, melewati tahapan karir ke-3. Kenapa begitu? karena saya mampu memenuhi persyaratan prestasi untuk loncat, sehingga anugerah gelar ini saya peroleh pada usia 44 tahun,” tuturnya bahagia.
Sebelumnya, Prof Olive mengawali jenjang magister di FEB Universitas Gadjah Mada di tahun 2002-2004. Kemudian melanjutkan S3 di Curtin University, Australia di tahun 2008 hingga 2012, hingga akhirnya di tahun 2016 dia mengajukan kepangkatan menuju gelar professor di tahun 2016 melalui jalur loncat jabatan.
Ada cerita unik saat Prof. Oliv sedang berjibaku mengejar gelar dalam waktu yang bersamaan dirinya juga tengah mempersiapkan kelahiran putri keempat.
“Putri kami kami itu lahir ditengah kesibukan saya mengajukan kenaikan jabatan Professor ini. Tapi masya Allah semuanya dimudahkan, walaupun harus revisi sampai 8 kali, hehehe,” kenang Dekan Fakultas Ekonomi Unissula periode tahun 2014-2022, ini.
Prof. Oliv bercerita dirinya merupakan seorang ibu dari 4 orang putri yang sudah beranjak dewasa. Si sulung Fannisa Balqis Assyilah, B.Env.Des (Bachelor of Environmental Design) lulusan tahun 2022 dari The University of Western Australia. Saat ini bekerja di sebuah perusahaan multi nasional di Perth, Australia.
Anak kedua, Nisrina Adiba Aysar, kini masih tercatat sebagai mahasiswa Semester 7, S1 Kedokteran Umum, UNISSULA Semarang. Kemudian anak ketiga, Arsyania Iftikhar Muna, kelas X MA Ali Maksum dan santri di Pondok Pesantren Ali Maksum Program Tahfidz, Yogyakarta. Sementara Salma Adreena Umrahaa, baru duduk di Kelas 1 SD Islam Plus Muhajirin, Semarang.
Berlatar belakang sebagai pendidik, Prof. Oliv selalu menyeimbangkan pengetahuan ilmu duniawi dan ukhrowi terhadap anak-anaknya.
Sambil tak lupa, Prof. Oliv dan suami memastikan rumah adalah tempat belajar dan tempat tinggal yang paling nyaman. Sehingga anggota keluarga terutama anak - anak merasa nyaman dan bebas menjadi dirinya sendiri, meminta bantuan kepada Ayah Ibu dan menjadi tempat curhat yang paling bebas.
“Kami sekeluarga bisa mengetahui aktivitas masing-masing, lagi dimana, lagi ngapain, punya cita -cita apa, pengen apa, dst. Sehingga keterbukaan menjadi kunci, untuk saling mendoakan dan mendukung. Untuk menjaga keseimbangan harus selalu focus pada tujuan. Karena sebagai manusia mesti berkinerja sebaik mungkin sesuai dengan potensi dan kompetensinya masing-masing,” urainya.
Perempuan dan Potensi Dirinya
Menurut Prof. Oliv, keberdayaan adalah ketersediaan sumber daya waktu, tempat maupun finansial, dukungan sosial untuk memastikan individu dapat berperan sesuai dengan potensi dan kompetensinya.
Jika seseorang kemudian tidak bisa menyalurkan potensi dan kompetensinya untuk kebaikan karena keterbatasan resources , baik secara fisik maupun metafisik (regulasi, stereotype masyarakat, opini yang keliru dll), maka itu dinamakan ketidakberdayaan.
“Resources mungkin tersedia, tapi tidak banyak perempuan yang mampu menemukan potensi dan kompetensinya, atau tidak mampu menyalurkan potensi dirinya bagi kebaikan kebaikan lingkungannya,” ungkap Prof. Olivia Fachrunnisa , S.E.,M.Si, Ph.D, Guru Besar Universitas Islam Sultan Agung(Unissula) Semarang.
Padahal, mengenali potensi diri sangat penting sehingga seseorang akan mampu mengaktualisasikan dirinya dengan baik. Dengan mengenali potensi pribadi, seseorang akan lebih mengenal dirinya, termasuk minat dan bakatnya.
Bahkan pada sebagian perempuan masih terjebak pada nilai- nilai budaya yang sebetulnya tidak ada dasarnya untuk melarang perempuan menampilkan potensi dan kompetensinya di ranah publik.
“Lihatlah peran Ibu Khadijah sebagai pedagang masyhur, peran Siti Aisyah sebagai perawi hadits yang detail, jika saja Khadijah dan Siti Aisyah waktu itu sudah menunjukkan peran yang luar biasa, maka seharusnya perempuan masa kini juga berperan yang jauh luar biasa ,”lanjut Prof. Olivia seraya berpesan agar perempuan masa kini meningkatkan literasi.
Di era teknologi yang canggih, dengan banyak membaca akan membuka cakrawala tentang peran penting perempuan dalam membangun peradaban masyarakat.
“Ingatlah bahwa anak-anak lahir dari rahim kita, mereka penerus peradaban dunia, sehingga kita sebagai perempuan perlu berperan maksimal dalam membangun peradaban dunia ini, terutama fungsi tarbiyah kepada anak-anak,” paparnya.
Prof. Oliv menyebutkan focus pada tujuan hidup merupakan kata kunci menuju sukses dalam menyeimbangkan antara aktivitas sebagai akademisi dan kesibukan sebagai ibu dan istri.
“Sebagai manusia, musti berkinerja sebaik mungkin sesuai dengan potensi dan kompetensinya masing masing. Kemudian membuat prioritas, paling utama adalah tujuan besar keluarga. Manajemen waktu jangan lupa. Melibatkan semua anggota keluarga pada aktivitas pekerjaan saya sehari hari, sehingga mereka faham Ibu nya sedang apa dan apa yang bisa keluarga dukung dari pekerjaan Ibu. Saya tentu tidak dapat melakukan apa-apa sendirian, maka wajib memiliki asisten Rumah Tangga yang juga punya visi sama dengan keluarga kita, karena ini sangat membantu untuk pekerjaan - pekerjaan yang bisa di delegasikan,” paparnya.
Saat ini Prof. Oliv tercatat sebagai staf pengajar dan peneliti senior di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang. Dengan keilmuan yang dimilikinya, Prof Olive aktif mengajar di beberapa program studi mulai dari jenjang S1-S3 dan melakukan kajian kajian ilmiah.
Dia berharap kontribusinya pada dunia pendidikan akan memberi pengaruh baik kepada generasi ke depan.
“Yang paling utama adalah mendidik generasi - generasi penerus bangsa supaya menjadi generasi yang lebih baik, sadar akan jati dirinya, memiliki makna hidup dan mampu mengembangkan potensi dirinya. Menyiapkan para penyandang gelar sarjana maupun pasca sarjana untuk memiliki tanggung jawab atas keilmuan yang dimiliki, semata- mata hanya demi kebaikan dunia dan akherat,” kata perempuan yang selalu terlihat chic dalam memadu padankan busananya saat bekerja.
Dikatakan Prof. Oliv, dirinya adalah sosok yang sangat mempercayai bahwa pemilihan busana yang baik akan mempengaruhi personality si pemakainya.
Sebagai seorang muslimah, dia sangat concern bahwa salah satu fungsi utama busana adalah menutup aurat, sesuai perintah Allah. Jika busana sudah sesuai dengan syari’at, maka kepercayaan diri akan muncul, karena yakin kita tidak sedang melawan syari’at.
“Sebagai Muslimah, supaya orang respect bahwa Muslimah itu indah dan terlindungi, maka busana harus yang enak di pandang, rapi, tidak mewah tapi juga tidak terkesan sederhana. Tapi bagi saya, kalau itu terlihat tidak kusam, maka seperti kurang bersyukur ya, jadi busana penting bagi aktivitas kita sehari hari. Saya paling suka dress dari NN, good looking, desain bagus (sesuai syari’at), bahan nyaman, jadi aktivitas seharian makin tertunjang,” pungkas Prof. Oliv. (Dewi Syafrianis)