Profesi sebagai appraisal atau penilai asset, belakangan banyak ditekuni kaum hawa. Selain menjadi profesi yang menjanjikan, ternyata seorang appraisal sekaligus dapat melampiaskan jiwa travelingnya.
Ya memang profesi ini dituntut memiliki jiwa traveling dan harus siap bertugas dimanapun sesuai dengan lokasi objek yang akan dinilai.
“Dulu, laki-laki mendominasi profesi appraisal. Sekarang perempuan juga banyak yang menggeluti profesi ini. Sebagai perempuan saya rasa bukan alasan untuk tidak dapat berkompetisi sehat dengan yang lainnya di bidang ini,” ungkap Yerri Herlina, SH, seorang Appraisal senior.
Dikutip dari sih.co.id, profesi Appraisal sendiri mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1970 an. Ketika itu profesi ini banyak dimanfaatkan untuk kepentingan investasi dalam negeri.
Perusahaan yang pertama kali menggunakan jasa penilai aset berasal dari perusahaan asal Filipina yang berkedudukan di Indonesia.
Sejak saat itulah profesi ini mulai populer di kalangan pebisnis maupun pemerintahan. Bahkan, tak sedikit perusahaan swasta Indonesia yang juga tertarik memakai jasa penilai asset untuk menilai perusahaannya.
Bahkan di Indonesia, Appraisal telah masuk kurikulum pendidikan sehingga menjadi salah satu mata kulitah di banyak universitas.
“Appraisal merupakan multidisiplin ilmu, sehingga baik perempuan maupun laki-laki harus bisa mengimbangi dengan perkembangan ilmu appraisal. Menjadi seorang appraisal juga harus menyukai traveling. Karena appraisal memiliki wilayah kerja seluruh Indonesia sehingga dibutuhkan jiwa-jiwa traveling dan harus siap bertugas dimanapun,” papar Yerri yang merupakan Direktur Utama PT Duta Actual Sakti bergerak di bidang consultant management.
Meski sekilas begitu menyenangkan, dikatakan Yerri setiap pekerjaan tentulah memiliki tantangan. Tantangan yang paling nyata adalah dari segi teknologi dimana segala sesuatunya dituntut serba cepat.
Maka seorang appraisal harus dapat beradaptasi terus menerus dan tidak berhenti untuk belajar (ikut berbagai program penilaian dan pelatihan) mengenai hal-hal baru tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip dasar penilaian.
“Tantangan lainnya; menghadapi klien. Kami harus mengantisipasi dari hal-hal yang tidak diinginkan agar pekerjaan berjalan dengan lancar. Selain itu appraisal harus mampu menjawab dan berkontribusi di dunia usaha di sektor keuangan,” lanjut Yerri.
Yerri mengaku sangat menikmati dunia Appraisal yang digeluti lebih dari 20 tahun ini. Salah satunya bertemu berbagai macam klien menjadi pengalaman luar biasa.
“Semua itu sangat bermakna bagi saya. Karena ketika saya menekuni profesi ini, saya sangat menikmati setiap prosesnya. Saya bisa keliling Indonesia, mengenal budaya, tempat, dan masyarakat yang beragam. Dengan menjadi appraisal saya bisa mengenal keindahan Indonesia, karena pada saat survei saya sering keliling sampai ke daerah daerah. Sehingga bisa lebih mengenal budaya, adat istiadat dan karakter sosial masyarakat Indonesia,” ujar ibu 4 anak yang sudah dewasa.
Terkait perannya sebagai seorang ibu, Yerri mengatakan saat ini 2 dari 4 anaknya mengikuti jejaknya sebagai Appraisal. Kemudian, putra ketiganya tengah berkarier di sebuah perusahaan telekomunikasi di Muchen, Jerman. Sedangkan putra yang paling kecil, baru lulus kuliah dan saat ini sudah bekerja.
Yerri bersyukur putra-putrinya telah tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Semua tak lepas dari pola didik yang diterapkan Yerri kepada anak-anaknya.
“Alhamdulillah sedari kecil mereka sudah saya tekankan untuk mandiri dan juga peduli kepada sesama. Mengasah kepribadian anak untuk memiliki kepedulian sosial yang tinggi perlu menjadi perhatian orangtua. Rasa kasih sayang, teladan yang baik, Pendidikan yang seimbang dan disiplin penuh kasih adalah prinsip-prinsip utama untuk anak. Dengan menerapkan pedoman ini, orangtua dapat membantu anak-anak tumbuh dan berkembang menjadi individu yang kuat secara spiritual, moral, dan intelektual,” lanjut Yerri.
Yerri memberi tips untuk wanita karier yang memiliki peran ganda, yaitu sebagai ibu sekaligus istri. Dikatakannya, menjadi wanita karir akan menuntut seorang ibu untuk berpikir lebih pintar. Tujuannya agar dapat menyesuaikan antara pekerjaan dengan keluarga.
Menurut Yerri, karir memang suatu hal yang penting namun perlu selalu diingat bahwa ada kehidupan lain yang telah menanti dirumah yaitu menjadi seorang ibu dan juga istri dalam suatu keluarga. Sehingga bukan hal mudah menjalankan tugas sebagai wanita karir dan seorang ibu sekaligus.
“Pastinya akan kehilangan moment-moment berharga bersama anak. Tujuan mulia saya untuk membahagiakan keluarganya memang memiliki konsekuensinya sendiri. Semua itu akan terbayar ketika melihat keluarganya tercukupi secara materi sehingga anak dapat tumbuh baik tanpa merasakan kekurangan dan kesulitan dalam finansial khususnya. Tentunya saya menyimpan harapan untuk anak-anak saya yaitu kelak suatu hari nanti mereka dapat memahami pengorbanan yang dilakukan saya semata-mata hanya untuk kebaikan mereka,” papar Yerri yang memiliki hobi, diantaranya olahraga, traveling, fashion dan bisnis.
Dalam hal menjaga kebugaran, Yerri sangat concern berolahraga. Menurutnya sebagai pekerja keras harus diimbangi dengan asupan vitamin yang cukup serta olahraga yang tepat
Tidak hanya itu, Yerri juga selalu menjadwalkan waktu berlibur dengan keluarga. Biasanya pilihan waktunya jatuh di akhir tahun, mengingat di dua momen itu memungkinkan dirinya menikmati kebersamaan dengan keluarga lebih lama.
Sementara tentang busana berdampak pada menumbuhkan kepercayaan diri, Yerri turut mengamini pendapat tersebut.
Kepercayaan diri merupakan suatu sikap positif yang didukung oleh rasa yakin dalam diri seseorang sehingga dia dapat melakukan kegiatan dengan optimis dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tanpa takut untuk salah.
Dalam hal ini, fashion dapat menjadi sebuah identitas diri. Disamping itu fashion juga dapat mengeskpresikan diri dalam berbagai peran dalam hidup seseorang yang sedang memakainya. Seseorang yang muda maupun yang sudah tua mendambakan tampil menarik, kemudian banyak orang yang mengaku dirinya tren saat ini atau berlabelkan brand terkenal ketika ingin berpergian.
“Artinya semakin tinggi tingkat pengaruh fashion digunakan akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri pada seseorang. Sebaliknya, semakin rendah pengaruh fashion yang digunakan semakin rendah tingkat kepercayaan diri yang dimiliki. Hubungan antara tingkat penggunaan fashion yang dikenakan akan meningkatkan tingkat kepercayaan diri seseorang, hal ini menunjukan bahwa kepercayaan diri seseorang akan dipengaruhi oleh outfit yang dipakainya,” papar Yerri.
Yerri juga menyinggung keterkaitan antara kepercayaan diri dan keberdayaan seseorang. Keberdayaan merupakan kemampuan individu yang bersenyawa dan berperan aktif dalam masyarakat dan membangun masyarakat.
“Potensi-potensi yang ada di masyarakat inilah yang harus dikembangkan lebih jauh agar dapat digunakan dan bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat. Dan apakah perempuan saat ini sudah berdaya? Menurut saya, perempuan harus berdaya tapi jangan melampaui batas. Perempuan harus berdaya tapi saat bersama keluarga harus tetap kembali pada fungsinya sebagai istri dan ibu rumah tangga. Sehingga, dapat membawa kebahagiaan bagi keluarga. Pada akhirnya wanita memberikan keyakinan yang besar bahwa perempuan akan mampu meningkatkan kualitas hidupnya serta mengembangkan segala potensi dan kemampuan sebagai penggerak,” pungkas Yerri yang aktif sebagai pengurus di organisasi Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI), ini. (Dewi Syafrianis)