Penyakit Lupus pernah membuatnya harus menggantungkan pakaian ‘kebesaran’ sebagai seorang pengacara. Selama 3 tahun lebih, Veena Devi Mutiram berjuang melawan penyakit auto imun itu, hingga akhirnya dia dapat kembali beraktivitas secara normal.
Konsekwensi dari penyakitnya, dokter menyarankan agar Veena hanya melakukan pekerjaan yang tidak memicu stress.
Maklum kategori lupus yang dideritanya masuk kategori kronis, bahkan dokter memvonis fungsi ginjal dan darahnya telah diserang oleh penyakit yang belum ada obatnya ini.
“Sedikit demi sedikit saya mulai mengurangi pekerjaan di kantor ( pengacara). Saya harus berusaha menekan stress seminimal mungkin. Pokoknya kalau tetap mau beraktivitas, jangan yang ruwet-ruwet. Nggak boleh sampai kelelahan karena bisa memicu kambuhnya lupus , jadi harus benar-benar dihindari,” kenang Veena yang telah membuka kantor pengacara sejak tahun 1999.
Bersyukur Veena, aktivitas yang disarankan dokter adalah bernyanyi yang notabene merupakan salah satu profesi yang dilakoninya sejak lama pula.
Ya, selain aktif sebagai pengacara Veena memang dikenal sebagai penyanyi Jazz. Himbauan sang dokter ini, setidaknya menjadi penyemangat baginya untuk mengejar kesembuhan lagi.
Apalagi Veena adalah tipe orang yang tidak bisa hanya berdiam diri, menurutnya penyakit bukanlah suatu hal yang bisa menghalangi seseorang untuk terus berkarya dan berprestasi.
“Kebetulan saat itu saya bergabung di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Syukur alhamdulillah, saya dipercaya menyanyikan lagu berjudul ”Aku Ada Di Sini” dalam album Charity Lupus,” ujar Veena yang sudah aktif sebagai vokalis ataupun solois sejak 1984. Ia pernah tampil dalam berbagai acara besar, seperti Java Jazz Festival, dan ikut mengisi pentas jazz 31 jam nonstop yang diselenggarakan Komunitas Jazz Kemayoran yang digelar pada 2008 silam.
Kemudian, karya Veena tersebut juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul ”Because For What I Am” dan diterima menjadi lagu tema World Lupus Organization yang dikemas dalam album Power of Voice. Album go international itu dipasarkan untuk kalangan terbatas, antara lain di Indonesia, Kanada, dan Amerika Serikat.
Karena Lupus Adalah Musuhku
Selama 3 tahun Veena ‘berdarah-darah’ menghadapi lupus. Bahkan dia tak bisa menghitung entah berapa kali mengalami flare akibat penyakit tersebut.
Hingga akhirnya, Veena mampu mencapai remisi untuk lupus yang dideritanya. Remisi merupakan suatu kondisi di mana Odapus (orang dengan lupus) merasa enak dan nyaman seperti orang sehat meskipun dirinya masih mempunyai 'benih' lupus dalam tubuhnya.
Momentumnya adalah saat dia kembali dari pendakian ke pegunungan Himalaya. Dimana Veena merasakan tubuhnya mampu menghandle lupus.
“Seru sih ke Himalaya, tidak menyangka juga bisa kesana. Pada dipertengahan jalan aku sempat mau di rescue pake Helikopter. Tapi aku bilang "bisa gak saya jalan lagi sampai pemberhetian berikut ?" Ternyata saya bisa dengan trik berhenti tiap 10-15 menit baru jalan lagi. Begitu seterusnya hingga ke finish. Waktu itu aku bersama Mbak Tiara Savitri (Ketua Yayasan Lupus Indonesia-red), kami berhasil turun tanpa harus direscue walaupun memang yang paling akhir sampai di bawah,” ungkap Veena, mengenang peristiwa tahun 2016 itu.
Setelah itu Veena memutuskan kembali menekuni dunia pengacara. Bahkan Veena langsung menerima tantangan sebagai ketua di DPC Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin) Bandung. Tidak hanya itu Veena juga aktif di Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Bandung dan PBH Peradi.
Belakangan Veena aktif menanggani kasus-kasus pidana, penganiayaan, pencurian bahkan pembunuhan.
“Hal tersebut hal memberi saya pengalaman betapa akal pikiran seseorang bisa menjadi buta karena meningkatnya emosi seseorang. Seperti seseorang yang biasa saja bisa membunuh demi membela kakaknya sendiri denga pisau yang dia sedang pegang.
Kantor hukum pribadi saya, atas nama sendiri, banyak menangani kasus tanah, hutang piutang dan perceraian, tapi paling lama ya menangani kasus sengketa tanah bisa sampai 10 bahkan 15 tahun. Bahkan sudah sampai Peninjauan Kembali (PK) besoknya tanah yang sama digugat oleh pihak lain lagi. Sampai PK lagi, eeehhh digugat lagi oleh pihak lain lagi akhirnya diputus dengan Putusan yang tidak dapat diganggu-gugat , ne bis in idem,” kata Veena membagi pengalaman sebagai pengacara.
Selain aktif sebagai pengacara, sejak 3 tahun silam Veena meneruskan bisnis penyewaan bus pariwisata milik ibundanya tercinta. Veena berusaha menyeimbangkan aktivitasnya dengan membagi waktu sebaik mungkin.
Seperti pagi - pagi menyiapkan makan untuk suami dan anak-anak tetap dilakoninya meski ada si Mbak yang membantu. Setelah itu Veena berangkat ke persidangan jika hari itu ada perkara.
“Sorenya jadwal saya ke pool Yenneke Trans untuk mempersiapkan Surat Perintah Jalan kalau ada Bis yang akan berangkat esok hari. Selanjutnya saya pulang dan istirahat sambil ngobrol atau nonton tv dengan suami dan anak-anak,” tutur istri pebisnis Dino Octaviano, ini.
Meski saat ini lupusnya telah bersifat remisi, Veena tak mau lengah. Veena tak ingin lupus menguasai hingga membuatnya tidak berdaya.
Menurut begitu Veena, ini adalah bentuk keberdayaan seorang perempuan terbebas dari penyakit yang menguasai tubuhnya.
“Ketika Lupus aktif menyerang, saya akan lawan. Karena lupus adalah musuhku. Banyak Odapus menganggap lupus sebagai sahabat, bagi saya tidak. Lupus tetap musuh saya yang harus saya lawan dengan sekuat tenaga sampai kalah dan akhirnya sampai saat ini lupus tidak flare, tidak menyerang lagi. Jika sedikit saja dia bangun aku langsung membuatnya tidur. Alhamdulillah sekarang saya terbebas dari semua obat-obatan lupus yang mengerikan itu,” ujar Veena, senang.
Namun Veena mengatakan keberdayaan mempunyai makna luas. Dikatakan Veena keberdayaan adalah seberapa mampu kita menjalani kehidupan. Berdaya itu , dimana kita mampu melakukan sesuatu, seberapa mampu kita mewujudkan apa yang kita mau.
“Menurut saya, perempuan Indonesia sudah berdaya. Buktinya banyak perempuan menempati posisi-posisi strategis di sebuah perusahaan, bahkan ada yang menjadi Menteri. Sebagai ibu rumah tangga saja dia sudah berdaya, hanya sebagian kecil yang mendapat perlakuan tidak adil. Sekarang tinggal apakah dia siap berontak atau diam saja menerima nasib,” pungkas Veena. (Dewi Syafrianis)