Berdasarkan BPS 2023, kasus gugat cerai yang dilakukan pihak istri di tahun 2022 menjadi yang tertinggi dalam 6 tahun terakhir. Tercatat 75,21% atau 388.358 kasus cerai gugat, yakni perkara perceraian yang diajukan oleh istri atau kuasanya yang sah. Sementara cerai talak atau perkara perceraian yang diajukan oleh suami sebanyak 24,79% atau 127.986 kasus.
Wakil Ketua Pengadilan Agama Singaraja, Bali, Ana Faizah, S.H, M.H mengatakan secara umum faktor penyebab utama perceraian ialah akibat perselisihan dan pertengkaran, dan alasan yang beragam.
Mulai dari permasalahan ekonomi, perselisihan, meninggalkan salah satu pasangan, kekerasan dalam rumah tangga dan belum matangnya usia saat pernikahan terjadi.
“Kasus cerai gugat memang terus meningkat sejak pandemic Covid-19 dan didominasi oleh padangan muda generasi milenial, kisaran usia 30 hingga 40 an tahun. Disini memang faktor usia yang belum matang saat memulai perkawainan merupakan salah satu penyebabnya,” ungkap Ana Faizah.
Tidak jauh berbeda dengan wilayah lain, di Singaraja, Bali sendiri yang menjadi wilayah kerjanya, dikatakan Ana penyebab perceraian , antara lain juga disebabkan oleh perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus dengan berbagai macam penyebab yang melatarbelakanginya.
Salah satu faktor penyebab yang banyak terjadi saat ini adalah judi, baik itu judi sabung ayam atau bentuk lainnya, dan beberapa tahun terakhir ini fenomena yang banyak terjadi adalah game online, judi online yang berakibat menjadi melalaikan kewajiban nafkahnya kepada keluarga, terlilit hutang bahkan nekat menjual seluruh aset keluarga.
“Tentunya melihat fenomena angka perceraian yang semakin meningkat dengan berbagai macam penyebab permasalahan didalamnya menjadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga. Sehingga yang patut dilakukan adalah ucapan syukur atas apa yang telah Tuhan berikan dengan keluarga yang ada dan sebaik mungkin menjaga apa yang telah Tuhan amanahkan,” jelas Ana, bijak.
Ijin Dari Suami
Sementara terkait profesinya sebagai hakim , menurut Ana pada era saat ini, melihat perempuan menjadi sosok wanita karier adalah hal yang wajar. Bahkan tidak jarang saat ini kita dapat melihat perempuan menjadi pemimpin pada suatu organisasi.
Terkadang beberapa sisi melihat bahwa wanita berkarier harus mengorbankan keluarganya. Lantas manakah yang lebih baik? Berkarier atau Berkeluarga? Dikatakan Ana semuanya baik, karena setiap orang memiliki caranya masing-masing dan tentunya hal itu merupakan pilihan yang terbaik bagi diri dan keluarganya.
Tidak ada yang lebih unggul maupun lebih kurang. Setiap wanita pasti memiliki prioritas masing-masing dan tiap hal yang diprioritaskan tersebut pasti ada alasan dan tujuan terbaik menurut versi masing-masing.
“Menjadi Ibu dan memilih berkarier tentunya memiliki tantangan yang luar biasa, terutama dalam hal membagi waktu antara karier dan pekerjaan. Saat saya hendak berkarier saya telah memperoleh izin dari suami dan memiliki niat yang baik. Dalam ajaran Islam memperbolehkan seorang istri berkarier di luar rumah selama mendapatkan izin dari suaminya dan semata-mata membantu mencukupi kebutuhan keluarga, jika izin atau kerelaan suami ini didapatkan, maka kebahagiaan dan kesejahteraan hidup berkeluarga akan diperoleh,”urai ibu tiga anak, ini.
Kemudian lanjut Ana, kerelaan suami menunjukkan bahwa suami ikhlas dan mengizinkan istrinya untuk mengabdikan diri demi kepentingan karier, masyarakat, bangsa dan negara.
Seorang istri yang memperoleh izin dari suaminya akan dengan tenang menekuni kariernya yang pada akhirnya akan menghantarkan kepada kebahagiaan keluarga.
“Namun tentunya tidak melupakan peran terpentingnya. Yaitu, sebagai seorang ibu yang bekerja, ibu tetaplah ibu yang dituntut untuk mendidik dan memperhatikan anak-anaknya, sebab peranan ibu terhadap hari depan anak sangatlah besar yang akan menjadikan anak tersebut menjadi baik atau tidak, sukses atau tidak dalam hidupnya di kemudian hari,” ujar istri dari seorang anggota polisi di kota Pekalongan, Jawa Tengah.
Ditambahkan Ana lagi, keleluasaan dalam menumbuhkan eksistensi diri seorang perempuan adalah bentuk sebuah keberdayaan.
“Keberdayaan itu kan bermakna proses peningkatan kemampuan dengan tujuan untuk kesejahteraan hidup. Tapi sayangnya tingkat keberdayaan perempuan masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki,”ujar Ana.
Wanita yang hobi melakukan travelling ini mengajak para perempuan untuk lebih mencuatkan keberdayaan dalam dirinya dengan terlebih dahulu mengidentifikasi potensi yang dia miliki, lalu kemudian mengaktualisasikan sehingga bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
“Perempuan juga dituntut harus memiliki knowledge and skill agar para perempuan bisa mengedukasi , mengingat perempuan juga sebagai ibu yang mana ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Selain itu perempuan yang berdaya juga dapat menjadi support system yang positif untuk suami. Jika perempuan itu berdaya maka keluarga menjadi bahagia, dan negara pasti akan menjadi kuat karena keluarga adalah entitas terkecil dalam sebuah masyarakat,”lanjut wanita lulusan magister hukum Universitas Negeri Semarang.
Brain, Beauty, dan Behavior
Saat ini Ana bersyukur dikarunia 3 orang anak, berusia 16 tahun, 15 tahun dan 11 tahun. Rasa syukur yang tak terhingga mampu bertahan dan berjuang, merawat dan mendidik ketiga anak tanpa didampingi suami mulai dari kehamilan anak pertama hingga anak ketiga karena dirinya menjalankan tugas harus berpindah-pindah, sedangkan suami juga bertugas di wilayah yang berbeda.
“Anak-anak adalah amanat dan rahmat dari Allah, oleh karenanya keluarga sebagai lingkungan yang pertama dan utama bagi anak seyogyanya mampu menjadi peletak dasar dalam pembentukan karakter yang baik, meski anak-anak jarang bertemu dengan ayahnya namun dengan diciptakannya hubungan yang harmonis serta komunikasi yang efektif antar anggota keluarga merupakan hal yang fundamental bagi berkembangnya kepribadian anak,” urai customer loyal brand Nina Nugroho, ini.
Menyinggung tentang peran busana terhadap tumbuhnya kepercayaan diri, Ana mengaitkannya dengan tiga hal yang paling penting dalam persoalan etiquette dunia kerja yaitu brain, beauty, dan behavior.
Dalam dunia kerja, ujar Ana, persoalan brain bukan ditunjukkan melalui Indeks Prestasi Komulatif (IPK) seperti saat kuliah, melainkan tergambar dari kinerja dan profesionalismenya.
Hal penting lainnya adalah beauty yang tercermin dari penampilan kita. Penampilan adalah citra diri yang ingin disampaikan kepada orang lain. Hal ini dikarenakan penampilan bisa menunjukkan karakter seseorang.
“Dengan menggunakan busana dari Nina Nugroho dengan looknya yang elegan profesional membantu para pekerja dalam membangun kepercayaan dirinya dan bisa menampilkan profesional look dalam dirinya. Kemudian persoalan behavior atau perilaku yang juga menentukan kesuksesan kita di dunia kerja,” pungkasnya, tersenyum. (Dewi Syafrianis)