Nina Nugroho Women: Ice Kusmadewi, S.Pd

Nina Nugroho Women: Ice Kusmadewi, S.Pd

Memulai Keberdayaan Dari Busana Yang Tepat

Keberdayaan seorang perempuan terpancar dari kemampuannya memberi support yang positif terhadap karier suami. Dibalik kesibukan seorang perempuan berdaya, jangan sampai meninggalkan peran sebagai ibu rumah tangga sekaligus istri. Kedua peran tersebut harus berjalan beriringan (balance) , dengan tetap menjaga nama baik diri, nama suami maupun keluarganya.

Prinsip ini sangat dipegang teguh oleh Ice Kusmadewi, S.Pd ketika memutuskan menikah dengan seorang abdi negara. Bersuamikan Kolonel Inf. Nur Wicahyanto SE yang menjabat sebagai Danbrigif 7/Rimba Raya di Kodam I/ Bukit Barisan, otomatis disela kesibukan mengurus rumah tangga, Dewi- begitu wanita cantik ini akrab disapa- juga diserahi amanah menjalankan tugas sebagai Ketua Persit Kartika Candra Kirana Cabang XVIII Brigif 7 PD I/ Bukit Barisan.

“Menjadi istri seorang abdi negara, setiap saat harus siap mendampingi suami yang selalu berpindah-pindah tempat tugas. Untuk itu saya bersama suami disela-sela kesibukan tetap menyempatkan waktu memberi perhatian khusus kepada anak-anak,” ungkap Dewi, saat memulai perbincangan.

Dewi merupakan ‘ratu’ bagi suami dan 3 anak laki-lakinya. Dewi dan suami berkomitmen menjalankan tugas mendidik secara bersama-sama dan memastikan ketiganya menjalani proses tumbuh kembang dengan baik.

“Putra yang pertama , saat ini duduk di bangku kelas 2 SMA. Alhamdulillah pada saat upacara bendera kemerdekaan RI ke 78 kemarin dia bertugas menjadi pasukan pengibar bendera pusaka Kabupaten Deli Serdang. Anak yang kedua, masih kelas 5 SD, merupakan atlet panahan standar nasional. Alhamdulillah sudah banyak mengukir prestasi, mendapatkan medali dan sertifikat. Sementara putra kami yang ketiga, saat ini berusia 4, 5 tahun dan bersekolah di PAUD,” ujar Dewi.

Meski saat ini masih didera kesibukan yang luar biasa, menurut Dewi peran sebagai orang tua dan lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak-anak yang setiap saat turut berpindah-pindah kota. Terutama dalam mempersiapkan mental ketiga anaknya agar mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Seperti saat ini , Dewi bersama anak-anak mengikuti suami yang sedang bertugas di Galang, Sumatera Utara.

Begitulah sejatinya perwujudan seorang perempuan. Sebagai istri, meski sosoknya terlihat lemah, ternyata memiliki energi yang luar biasa. Seorang istri merupakan inspirasi tak bertepi bagi suami dan anak-anaknya.

Maka tidaklah berlebihan apabila perempuan kerap disebut-sebut sebagai sosok penting dibalik kesuksesan yang sekaligus membuat damai mata dan jiwa suaminya.

Bicara tentang keberdayaan perempuan, menurut Dewi, sejak dulu perempuan telah mampu berkiprah di berbagai bidang sumber daya manusia, ekonomi, politik, kesehatan, keluarga dan sebagainya.

“Kemampuan atau kelebihan yang dimiliki seorang perempuan itu dapat diaktualisasikan ke masyarakat. Banyak sekali peran-peran perempuan yang sangat luar biasa di berbagai bidang pada masa sekarang. Contohnya di bidang fashion, seperti mba Nina Septiana yang terkenal dengan busana kerja Nina nugroho, busana yang sangat cantik, elegant. Belum lagi hijab-hijabnya yang cantik dan manis, sangat nyaman digunakan. Dalam hal ini Mba Nina sukses memperkenalkan busana kerjanya, memperkenalkan kain-kain tradisional daerah yang diaplikasikan dalam busana kerja yang cantik. Sehingga masyarakat dalam atau luar negeri semakin mengenal Indonesia. Tentu saja ini merupakan sebuah kebanggaan bagi Indonesia. Luar biasa ya,” tutur Dewi.

Lulusan Seni Tari Yang Senang Berkebun

Dewi bercerita sebelum menikah, dirinya banyak berkegiatan di bidang seni tari. Ini sesuai dengan jenjang pendidikan di bangku kuliah yang diambilnya, jurusan pendidikan seni tari di Universitas Negeri Yogyakarta.

Kala itu dia kerap tampil menari di keraton Yogyakarta dan mengikuti berbagai festival menari. Dewi juga senang berkreasi, menciptakan gerak tari, menjadi pengajar bagi anak-anak sekolah hingga turis asing yang memiliki ketertarikan terhadap kesenian Indonesia.

“Saya pernah juga diminta mengajar di salah satu perguruan tinggi. Namun terpaksa saya lepaskan opportunity tersebut. Tentunya saya lebih mendahulukan tugas sebagai istri untuk mendampingi suami di tempat tugas. Kebetulan waktu itu suami sedang dinas di Lombok, sementara penawaran itu datang dari sebuah kampus di Pontianak. Jadi memang waktunya tidak tepat sekali, beda provinsi,” ujar Dewi.

Untuk sementara Dewi memang harus mengubur jauh mimpinya menjadi seorang pengajar. Namun bukan berarti Dewi tidak dapat berbuat apa-apa.

“Menurut saya meskipun tidak bekerja, banyak hal yang tetap bisa saya lakukan. Saya juga masih tetap bisa belajar, karena semua bisa kita akses dengan mudah. Media sosial sekarang sudah sangat canggih. Belajar pun tidak harus lewat buku, bisa melalui handphone, alat-alat komunikasi lainnya. Saya rasa tidak ada kata terlambat untuk maju berkembang,” lanjutnya.

Dari kesenangannya mempelajari banyak hal, Dewi dapat mengembang hobinya berkebun organic dan hidroponik. Ilmu tersebut diperolehnya dari kegiatan membaca, melihat youtube dan Instagram.

Di kediaman pribadi di Solo , Jawa Tengah Dewi sempat memiliki kebun yang ditanami beraneka ragam sayuran. Ketika datang masa panen, sekitar 50 persen kebutuhan sayur mayur keluarga sudah terpenuhi dari kebun pribadinya itu.

“Saya juga punya channel youtube tentang kegiatan berkebun @dewigardening dan akun Instagram @Dewi_gardening, melalui kedua media sosial ini saya bisa berbagi ilmu tentang bagaimana merawat tanaman. Tapi saat pindah ke Brigif 7, karena kesibukan saya sehingga belum sepenuhnya bisa menjalankan hobi tersebut. Baru sekedar menanam kangkung dan daun katuk, begitu panen saya uplod di Youtube. Saat ini saya sedang rintis lagi, menanam bibit-bibit baru. Semoga nanti bisa dikembangkan. Karena sewaktu di Solo banyak ibu-ibu yang ingin belajar . Mereka penasaran karena ada beberapa sayuran tidak temui di pasaran justru ada di kebun saya. Mereka surprise dengan rasanya yang enak dan renyah,” kata Dewi, lagi.

Bagi Dewi berkebun merupakan salah satu bentuk membahagiakan diri. Karena membuatnya selalu berpikiran positif dan happy . Selain itu aktivitas berkebun menjadi alternative olahraga. Saat melakukan kegiatan tersebut seluruh anggota tubuh bergerak yang kemudian mengeluarkan keringat.

Keseruan mengubah lahan kosong menjadi kebun tanaman obat dan sayur mayur juga ditularkan Dewi kepada para ibu di organisasi yang diketuainya.

Tujuan dari kegiatan ini tentu saja membangun kesadaran kepada anggota terhadap pentingnya memanfaatkan lahan kosong yang ada di pekarangan rumah. Selain terjun langsung memberi pelatihan, Dewi juga mendatangkan petani hidroponik untuk memberi pelatihan.

Dari kegiatan tersebut, berbagai perlombaan rumah sehat yang pernah diikuti mulai dari tingkat Korem, PD hingga Dharma Pertiwi Pusat, mereka pun mendulang prestasi. Dewi bersyukur organisasi yang dipimpinnya beberapa kali meraih kejuaraan. Yang terbaru mendapatkan Juara 1 lomba rumah sehat tingkat PD I/Bukit Barisan.

“Rumah sehat adalah yang paling berkesan karena mencerminkan kegiatan pemanfaatan lahan kosong di rumah untuk menanam tanaman obat keluarga dan tanaman sayur secara organik maupun hidroponik. Kegiatan berkebun ini sedang digalakkan pemerintah yaitu Urban Farming, sekaligus mendorong ibu-ibu agar memiliki pola hidup sehat,” papar Dewi.

Tidak hanya kegiatan tanam menanam, bersama pengurus Dewi juga pernah mengadakan pelatihan membatik sebagai salah satu upaya menumbuhkan rasa cinta pada keragaman budaya Indonesia. Hasil dari pelatihan ini , kemudian dibuatkan seragam organisasi.

Cerminan Diri

Dewi mengatakan busana adalah cerminan diri seseorang. Dengan busana yang tepat , si pemakainya akan merasakan kepercayaan diri dalam menjalin komunikasi dengan orang lain.

“Menurut saya karakter seseorang, salah satunya dapat dilihat dari bagaimana dia berpenampilan. Tentu saja bukan berpenampilan yang berlebihan, tapi bagaimana dia bisa menempatkan diri. Busana apa yang dikenakan dalam suatu moment atau kegiatan apa.

Atau dalam bahasa sehari-hari, ‘tidak salah kostum’. Busana yang tepat di kegiatan yang tepat menurut saya dapat membuat kita menjadi focus. Fokus dengan apa yang akan kita sampaikan, fokus dengan apa yang akan kita dengarkan,” tutur Dewi, sembari mengembangkan senyum.

Ditambahkan Dewi, busana hendaknya membuat seseorang semangat saat menjalani aktivitas sehari-harinya.

Karena tidak bisa dipungkiri ketika bertemu dengan orang lain, pertama kali , sekian persen orang akan melihat atau menilai kita dari cara berpakaian.

“Busana kerja Nina Nugroho bisa mewakili apa yang saya inginkan. Saya suka mengenakan busana yang elegan, sopan, anggun, percaya diri dan terkesan profesional. Tentu saja sikap atau sifat sederhana tetap harus dimunculkan, artinya tidak berlebihan. Jangan sampai ada kesan menonjolkan diri atau terlihat menonjol sendiri dari ibu-ibu yang lain. Karena hal ini akan menimbulkan kesenjangan sosial,”pungkas Dewi. (Dewi Syafrianis)