Kendati selama ini masih tertinggal dalam akses dan kontrol terhadap sumber daya ekonomi, namun pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu bukti nyata bahwa semua perempuan bisa berdaya dalam sektor ekonomi.
Ketika suami terkena PHK atau suami meninggal dunia akibat terkena Covid-19, banyak perempuan yang kemudian terjun menjadi pengusaha meski skalanya masih kecil atau bahkan mikro.
Hal tersebut mengemuka pada Webinar Spesial Hari Ibu bertajuk “Melejitkan Keberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Ekonomi” yang digelar Evapora dan Gerakan #akuberdaya, Jumat, 23 Desember 2022.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Bintang Puspayoga, dalam sambutannya mengatakan, Peringatan Hari Ibu adalah mengingatkan kembali pentingnya peran serta perempuan dalam pembangunan bangsa terutama di sector ekonomi.
‘’Potensi sumberdaya perempuan sangat luar biasa. Jumlahnya hampir setengah penduduk Indonesia, dengan 70 persen diantaranya memasuki usia produktif, dengan potensi spesifik yaitu hampir 50 persen terlibat dalam UMKM dengan porsi 61 persen PDB, melibatkan 97 persen tenaga kerja dan menyedot 70 persen investasi,’’ ungkap Bintang Puspayoga.
Sayangnya, lanjut Bintang Puspayoga, potensi tersebut belum termaksimalkan, bukan karena perempuan lemah dan tidak berdaya, melainkan karena budaya patriarki yang turun temurun dianut di Indonesia.
‘’Karena itu penting untuk meningkatkan akses dan control perempuan terhadap sumber ekonomi, agar mereka bisa menjauhkan diri dari tindakan kekerasan,’’ tutur Bintang Puspayogya.
Dalam kesempatan itu, Bintang Puspayoga menyampaikan apresiasi terhadap Gerakan #akuberdaya yang diinisiasi oleh Nina Nugroho yang senantiasa berupaya meningkatkan peran serta perempuan dalam kewirausahaan.
Founder Gerakan #akuberdaya, Nina Nugroho mengatakan bahwa semua perempuan mempunyai kesempatan untuk bisa berdaya dalam sektor ekonomi, sesuai dengan passion dan kondisinya. Hanya saja, apakah peluang itu akan dimanfaatkan atau tidak, semua berpulang pada pilihan masing-masing perempuan.
“Ibu yang menentukan, apakah mau menjadi pengusaha atau menjadi bagian dari rantai pasok, semua tergantung passion,” jelas Nina.
Saat ini ada banyak bisnis yang memberikan peluang perempuan menjadi rantai pasok, sebagai dropshipper atau distributor. Model bisnis ini tetap memberikan peluang bagi perempuan untuk mendapatkan penghasilan.
Nina mengingatkan apapun jenis dan cara berbisnis yang dilakukan perempuan, kuncinya adalah memiliki komitmen dan daya juang untuk menjalankannya.
“Ia juga harus bertanggung jawab dengan pilihan yang telah diambil. Ingat, apa yang kita lakukan bukan hanya demi kepentingan diri sendiri tapi untuk orang lain dan masyarakat, terutama untuk keluarga,” tambah CEO PT Nina Nugroho International tersebut.
Nina berharap perempuan tidak mudah menyerah dalam melejitkan potensi diri. Karena semua perempuan pada hakikatnya berdaya, terlebih untuk melakukan sesuatu yang luar biasa bagi keluarga dan lingkungan sekitar.
“Kita bisa sama-sama mendobrak mentalitas (yang kurang baik) sebagai perempuan, yakinlah bahwa kita bisa melakukan apa pun, bahwa kita mampu. Jangan biarkan stigma dan budaya di sekitar membatasi keberdayaan kita. Sesungguhnya perempuan sudah ditinggikan derajatnya oleh agama (Islam). Tak perlu menyejajarkan diri dengan siapa pun, posisi kita sudah tinggi (mulia). Jangan lupa untuk menaikkan kapasitas diri kita sehingga apa pun yang kita lakukan dapat menjadi ladang amal, dan pada akhirnya bisa kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Mahaesa,” tegas Nina.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan perempuan dalam kapasitasnya sebagai ibu adalah agen perubahan yang bisa menggerakkan keluarga, lingkungan, dan bangsa. “Semangat itulah yang harus ditularkan kepada anak, terutama kepada anak perempuan, agar dia paham bahwa dia berdaya untuk maju,” jelas Giwo.
Untuk menjadi perempuan yang berdaya, filosofi kura-kura bisa menjadi inspirasi bagi para perempuan. Dimana kura-kura merupakan binatang yang selalu konsisten untuk terus maju meski kadang langkahnya lambat. “Kura-kura tidak pernah mundur, sekali jalan ia akan terus maju. Dan sekali menggigit, kura-kura tidak akan melepaskannya,” kata Giwo.
Ia berkisah bagaimana menjalani peran sebagai Dalam menjalani hidup, baik dalam kehidupan keluarga, organisasi, maupun bisnis, saya selalu berpegang pada filosofi kura-kura, yaitu bagaimana menjadi sosok manusia yang konsisten, berkomitmen untuk bergerak maju, dan tidak bisa dihambat oleh apa pun. Kura-kura tidak pernah mundur, meski lambat tapi terus berjalan maju. Sekali menggigit, tidak akan pernah dilepaskan. Itu filosofi dari tekad dan upaya untuk meraih cita-cita,” ungkap Giwo.
Menurut Ibu Giwo, setiap manusia pasti mengalami proses pencarian jati diri yang menjadi tahap paling krusial dalam kehidupan manusia. Dan proses yang berjalan dari waktu ke waktu itu menjadikan setiap orang mengenal dirinya dengan makin baik.
“Kita harus menyadari bahwa dalam meraih kesuksesan dalam hidup tidak ada yang instan, tidak ada yang mudah, dan semua penuh tantangan,” jelas Giwo.
Pentingnya Kolaborasi
Sementara itu, Asisten Deputi Konsultasi Bisnis dan Pendampingan Kementerian Koperasi dan UKM Destry Anna Sari. Ia mengatakan bahwa untuk menjadi wirausaha, perempuan tidak harus menjadi pengusaha yang memproduksi sendiri produknya dari hulu hingga hilir.
“Setelah hantaman pandemi selama dua tahun lebih, kita menyadari pentingnya kolaborasi sebagai kunci keberhasilan dalam menjalankan usaha,” jelasnya.
Jika kondisi sehari-hari kurang memungkinkan perempuan untuk mencurahkan waktu dan tenaga sebagai wirausaha, seorang perempuan bisa mengambil posisi dalam rantai pasok industri. “Apalagi saat ini pemerintah sangat mendukung rantai pasok yang berkelanjutan,” tambahnya.
Senada juga disampaikan Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian PPPA Lenny N. Rosalin. Ia menceritakan tentang pengalaman KemenPPPA melakukan intervensi di tingkat desa.
“Kami ingin menjadikan desa-desa di Indonesia ramah perempuan dan peduli anak. Salah satu ukurannya adalah makin banyaknya wirausaha perempuan pada tingkat desa,” tutur Lenny.
”Kami fokus pada sejumlah desa dengan kriteria tertentu, misalnya desa dengan kepala desa perempuan atau adanya pimpinan daerah perempuan,” tambah Lenny N Rosalin.
”Di sana kami ingin mengetahui apakah perempuan (yang menjadi pemimpin) itu memberdayakan perempuan lain,” ungkap Lenny N Rosalin.
KemenPPPA melakukan asesmen singkat terkait passion para perempuan di desa sebagai dasar pelatihan yang akan diberikan.
Lenny N Rosalin mencontohkan ada 100 perempuan di sebuah desa yang akhirnya memilih kuliner dan wastra sebagai aktivitas ekonomi mereka.
Dalam kesempatan itu, Bintang Puspayoga menyampaikan apresiasi terhadap Gerakan #akuberdaya yang diinisiasi oleh Nina Nugroho yang senantiasa berupaya meningkatkan peran serta perempuan dalam kewirausahaan.
Founder Gerakan #akuberdaya, Nina Nugroho mengatakan bahwa semua perempuan mempunyai kesempatan untuk bisa berdaya dalam sektor ekonomi, sesuai dengan passion dan kondisinya. Hanya saja, apakah peluang itu akan dimanfaatkan atau tidak, semua berpulang pada pilihan masing-masing perempuan.
“Ibu yang menentukan, apakah mau menjadi pengusaha atau menjadi bagian dari rantai pasok, semua tergantung passion,” jelas Nina.
Saat ini ada banyak bisnis yang memberikan peluang perempuan menjadi rantai pasok, sebagai dropshipper atau distributor. Model bisnis ini tetap memberikan peluang bagi perempuan untuk mendapatkan penghasilan.
Nina mengingatkan apapun jenis dan cara berbisnis yang dilakukan perempuan, kuncinya adalah memiliki komitmen dan daya juang untuk menjalankannya.
“Ia juga harus bertanggung jawab dengan pilihan yang telah diambil. Ingat, apa yang kita lakukan bukan hanya demi kepentingan diri sendiri tapi untuk orang lain dan masyarakat, terutama untuk keluarga,” tambah CEO PT Nina Nugroho International tersebut.
Nina berharap perempuan tidak mudah menyerah dalam melejitkan potensi diri. Karena semua perempuan pada hakikatnya berdaya, terlebih untuk melakukan sesuatu yang luar biasa bagi keluarga dan lingkungan sekitar.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan perempuan dalam kapasitasnya sebagai ibu adalah agen perubahan yang bisa menggerakkan keluarga, lingkungan, dan bangsa. “Semangat itulah yang harus ditularkan kepada anak, terutama kepada anak perempuan, agar dia paham bahwa dia berdaya untuk maju,” jelas Giwo.
Untuk menjadi perempuan yang berdaya, filosofi kura-kura bisa menjadi inspirasi bagi para perempuan. Dimana kura-kura merupakan binatang yang selalu konsisten untuk terus maju meski kadang langkahnya lambat. “Kura-kura tidak pernah mundur, sekali jalan ia akan terus maju. Dan sekali menggigit, kura-kura tidak akan melepaskannya,” kata Giwo.
Ia berkisah bagaimana menjalani peran sebagai Dalam menjalani hidup, baik dalam kehidupan keluarga, organisasi, maupun bisnis, saya selalu berpegang pada filosofi kura-kura, yaitu bagaimana menjadi sosok manusia yang konsisten, berkomitmen untuk bergerak maju, dan tidak bisa dihambat oleh apa pun. Kura-kura tidak pernah mundur, meski lambat tapi terus berjalan maju. Sekali menggigit, tidak akan pernah dilepaskan. Itu filosofi dari tekad dan upaya untuk meraih cita-cita,” ungkap Giwo.
Menurut Ibu Giwo, setiap manusia pasti mengalami proses pencarian jati diri yang menjadi tahap paling krusial dalam kehidupan manusia. Dan proses yang berjalan dari waktu ke waktu itu menjadikan setiap orang mengenal dirinya dengan makin baik.
“Kita harus menyadari bahwa dalam meraih kesuksesan dalam hidup tidak ada yang instan, tidak ada yang mudah, dan semua penuh tantangan,” jelas Giwo.
Pentingnya Kolaborasi
Sementara itu, Asisten Deputi Konsultasi Bisnis dan Pendampingan Kementerian Koperasi dan UKM Destry Anna Sari. Ia mengatakan bahwa untuk menjadi wirausaha, perempuan tidak harus menjadi pengusaha yang memproduksi sendiri produknya dari hulu hingga hilir.
“Setelah hantaman pandemi selama dua tahun lebih, kita menyadari pentingnya kolaborasi sebagai kunci keberhasilan dalam menjalankan usaha,” jelasnya.
Senada juga disampaikan Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian PPPA Lenny N. Rosalin. Ia menceritakan tentang pengalaman KemenPPPA melakukan intervensi di tingkat desa.
“Kami ingin menjadikan desa-desa di Indonesia ramah perempuan dan peduli anak. Salah satu ukurannya adalah makin banyaknya wirausaha perempuan pada tingkat desa,” tutur Lenny.
”Kami fokus pada sejumlah desa dengan kriteria tertentu, misalnya desa dengan kepala desa perempuan atau adanya pimpinan daerah perempuan,” tambah Lenny N Rosalin.
”Di sana kami ingin mengetahui apakah perempuan (yang menjadi pemimpin) itu memberdayakan perempuan lain,” ungkap Lenny N Rosalin.
KemenPPPA melakukan asesmen singkat terkait passion para perempuan di desa sebagai dasar pelatihan yang akan diberikan.
Lenny N Rosalin mencontohkan ada 100 perempuan di sebuah desa yang akhirnya memilih kuliner dan wastra sebagai aktivitas ekonomi mereka.
Editor by : Arif Muhammad Iqbal