Rempah Series: Ketika Inklusivitas, Keberdayaan dan Budaya Nusantara Jadi Inspirasi Fashion Nina Nugroho

Rempah Series: Ketika Inklusivitas, Keberdayaan dan Budaya Nusantara Jadi Inspirasi Fashion Nina Nugroho

Liputan6.com, Jakarta - Kolaborasi antara desainer busana muslim profesional Nina Nugroho dan desainer muda Salwa Tanara telah melahirkan sebuah koleksi yang unik dan bermakna, Rempah Series. Koleksi ini tak hanya memadukan elemen budaya Indonesia melalui motif rempah-rempah Nusantara, tetapi juga menjadi simbol pemberdayaan perempuan, termasuk dari komunitas disabilitas.

Rempah Series merupakan perwujudan dukungan terhadap perempuan Indonesia untuk terus berkarya, meski menghadapi berbagai tantangan hidup. 

Desain koleksi ini sepenuhnya merupakan hasil kreativitas Salwa Tanara, seorang desainer muda dengan kemampuan luar biasa. Di balik karya-karya indahnya, Salwa Tanara hidup dengan disabilitas rungu dan berjuang melawan schizophrenia.

Perjalanan Salwa Tanara: Dari Seni ke Dunia Fashion

Salwa Tanara, lahir pada 29 April 2004 di Jakarta, telah menunjukkan kecintaannya pada seni sejak usia dini. Seiring waktu, ia menemukan minat yang mendalam terhadap dunia fashion, yang diwujudkan melalui desain-desain yang menggabungkan elemen budaya Indonesia dengan sentuhan modern.

“Melalui karya-karya saya, saya ingin menunjukkan keindahan dan keberagaman Indonesia, sembari mengedepankan nilai estetika yang inovatif,” ungkap Salwa di Tangerang, Jumat (27/12).

Kecintaannya pada seni dan budaya Nusantara menjadi landasan koleksi Rempah Series, yang memanfaatkan motif rempah-rempah tradisional dalam bentuk batik tulis dan printing. Dengan semangat ini, Salwa berharap karyanya dapat menginspirasi generasi muda untuk mencintai budaya Indonesia lebih dalam. 


Rempah Series: Mengangkat Warisan Budaya NusantaraRempah Series

Koleksi Rempah Series terdiri atas 15 rancangan busana yang terbagi dalam tiga kategori: comfort, confidence, dan couture.

Setiap desain menggunakan material premium seperti Cotton Bridal Premium, Poly Cotton Twill, dan Poly Silk Premium. Selain itu, koleksi ini dirancang dengan fitur ramah wudhu (wudhu-friendly) dan akses mudah untuk ibu menyusui (busui-friendly).

“Rempah Series bukan hanya koleksi busana, tetapi juga sebuah perayaan akan potensi luar biasa perempuan Indonesia, yang dengan segala keterbatasannya mampu berkarya dan menginspirasi banyak orang,” ujar Nina Septiana, Founder dan Desainer dari jenama Nina Nugroho.

Peluncuran Meriah dan Penuh Makna
Rempah Series

Acara peluncuran Rempah Series digelar di Oase At Aria, Ciputat, Tangerang Selatan, dengan berbagai kegiatan yang menonjolkan inklusivitas dan keberagaman budaya. Selain fashion show, acara ini juga diisi dengan talkshow serta pertunjukan tari daerah oleh anak-anak dari komunitas disabilitas.

Kolaborasi ini bukan hanya menjadi ajang untuk merayakan karya, tetapi juga menginspirasi masyarakat untuk lebih mendukung perempuan, termasuk dari komunitas disabilitas, agar dapat terus berdaya dan berkarya.

Dengan hadirnya koleksi Rempah Series, Nina Nugroho dan Salwa Tanara tidak hanya mengedepankan estetika busana, tetapi juga menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya inklusivitas, pemberdayaan perempuan, dan pelestarian budaya Indonesia. ()

MEMASUKI tahun 2024, brand Nina Nugroho sudah memasuki tahun ke 8 sejak didirikan pada awal tahun 2016 lalu.

Memang masih sangat muda, namun kiprah Nina Nugroho sudah sangat luar biasa.
Sang desainer, Nina Septiana, langsung membukukan sederet prestasi begitu membidani Nina Nugroho.

Di tahun pertama, Nina Septiana telahterpilih sebagai 1 dari 10 desainer terbaik untuk mempersembahkan karyanya pada Islamic Fashion Festival Kuala Lumpur. Sejak itu, setiap tahun, Nina senantiasa mengirimkan karya-karya terbaiknya untuk melenggang di pentas-pentas fashion berskala nasional maupun internasional. Baik di dalam maupun di luar negeri.

Terjun di dunia fashion dimulai ketika Nina Septiana, ibu 4 anak ini mulai mengenakan hijab pada tahun 2007 lalu. Tubuhnya yang tinggi menjulang, yakni 172 cm, membuatnya kesulitan menemukan busana yang cocok untuk dirinya di pasaran. Dari sana Nina Septiana kemudian mulai mendisain busana untuk dirinya sendiri dan mengenakannya di berbagai kesempatan. Melihat penampilan barunya, mengenakan busana karyanya sendiri, sahabat-sahabatnya mulai tertarik untuk juga mengenakan busana karya Nina. Dari sana Nina kemudian terpikir untuk memulai bisnis busana Muslimah. Tahun 2010, Nina mulai merancang dan memproduksi sendiri label busana Muslimah pertama miliknya, yakni Saniyya.

Namun kala itu Nina menjalankan bisnisnya, hanya berdasarkan hobi dan tidak menekuninya dengan serius.
‘’Brand ini saya jalankan hanya sekedar hobi saja. Kalau pas moodnya ada, saya jalankan, kalau gak, ya sudah,’’ kenang Nina Septiana.

‘’Padahal sebenarnya energi yang dikeluarkan sama. Butuh modal, bukan hanya uang, tetapi juga waktu yang harus dialokasikan,’’ ungkap Nina Septiana.

Karena hanya sekedar hobi, banyak hal yang tidak tertata rapi. Terutama dalam hal keuangan. Tahun 2016, Nina mendapat tantangan dari sang suami, Indrawan Nugroho untuk menekuni bisnis dengan serius. Dari sana Nina mulai mencari dan akhirnya menemukan kekuatan diri dan ciri khasnya sendiri. Setelah sempat menerbitkan dua buku tentang fashion, tahun 2016 Nina Septiana akhirnya meriis label Nina Nugroho, yang diambil dari Namanya sendiri dan nama keluarga.

‘’Saya ingin bisa memberikan kontribusi terbaik untuk para wanita muslimah khususnya di bidang fashion,’’ ungkap Nina, mengenai label Nina Nugroho yang ia luncurkan saat itu.

"Akhirnya ingin belajar bisnis yang serius melalui Nina Nugroho. Dari tahun 2016 itu, tantangannya banyak sekali,’’ cerita Nina.

‘’Di awal ada beragam kategori busana, waktu itu saya berpikir, semakin saya mempunyai banyak lini di dalam satu brand, saya akan dicari,’’ tutur Nina Septiana.

‘’Pertama ada busana kerja, signature, casual. Di awal berbisnis, keluar tiga lini brand ini. Setelah berjalan beberapa waktu, akhirnya saya menyadari, ternyata tidak begitu cara kerjanya," kenang Nina Septiana.

Nina menggunakan brand Nina Nugroho dengan tuntutan terhadap diri sendiri, agar dia bertanggung jawab dengan brand yang sudah dibangunnya.


Ketika memulai bisnis busana dengan brand Nina Nugroho, ia memilih busana abaya. Abaya dipilih sepulang dari umroh tahun 2016, Nina Septiana melihat pasar abaya cukup bagus karena banyak dipajang di Debenhams.
‘’Namun ternyata tahun itu abaya belum popular di Indonesia, idenya memproduksi abaya lebih cepat dari trend yang ada di Indonesia,’’ papar Nina. Baru di tahun 2018 abaya mulai trend di Indonesia, namun trend abaya tidak bertahan lama, Nina memilih kembali kepada tiga lini di awal, yakni signature, office dan kasual,’’ jelas Nina. Namun tidak mudah melaksanakan bisnis dengan focus yang terbagi.

Nina kemudian memutuskan untuk focus di satu lini, yakni office look di tahun 2017.

"Sesuatu yang tidak fokus itu kita lakukan seadanya. Akhirnya nggak ketemu apa yang kita cari. Kemudian semakin lama, market-nya itu-itu saja, antara idealisme saya dan keinginan pasar tidak match. Akhirnya dihentikan dua brand saya itu, itulah tantangannya," terang Nina Septiana.

Saat memutuskan untuk fokus membuat busana muslimah office look, Nina meriset keinginan pasar, me-validasi produk, menelaah customer behavior, customer experience, dan mencari tahu pelanggan loyal ke salah satu produk.
Nina akhirnya memutuskan fokus pada kebutuhan wanita muslimah yang bekerja, karena belum banyak brand atau toko yang menyediakannya.
"Kalau di lihat dari jiwa saya lebih dekat ya Nina Nugroho untuk office, akhirnya tahun 2018 konsisten untuk busana kerja muslimah," ujarnya dengan ramah.

Semakin lama, karena Nina fokus menjadi satu-satunya brand di Tanah Air untuk busana kerja bagi muslimah, bisnisnya semakin berkembamg, hingga kini telah memiliki puluhan karyawan yang menjadi tanggungjawabnya.(tresnawati)